Bismillahirrahmanirrahim
BETAPA SERUPANYA MEREKA!
Beberapa waktu lalu, seorang tokoh Liberal berkicau di Twitter: “Kalau betul kaum Luth dihujani batu karena lesbianisme, kenapa Tuhan tidak melakukan hal yang sama sekarang pada mereka? Kok mereka aman-aman saja?” Sebagian orang kaget dengan komentar ini, namun sebenarnya kita tidak perlu terkejut, sebab Al-Qur’an telah merekam komentar-komentar senada yang dilontarkan oleh kaum terdahulu. Bedanya, yang ini dicetuskan oleh sosok yang bersikeras mengaku muslim, sedangkan Al-Qur’an merekam komentar kaum yang jelas-jelas kafir. Namun, betapa serupanya mereka!
Beberapa waktu lalu, seorang tokoh Liberal berkicau di Twitter: “Kalau betul kaum Luth dihujani batu karena lesbianisme, kenapa Tuhan tidak melakukan hal yang sama sekarang pada mereka? Kok mereka aman-aman saja?” Sebagian orang kaget dengan komentar ini, namun sebenarnya kita tidak perlu terkejut, sebab Al-Qur’an telah merekam komentar-komentar senada yang dilontarkan oleh kaum terdahulu. Bedanya, yang ini dicetuskan oleh sosok yang bersikeras mengaku muslim, sedangkan Al-Qur’an merekam komentar kaum yang jelas-jelas kafir. Namun, betapa serupanya mereka!
Kesamaan
perilaku dan gagasan ini membuat kita semakin yakin terhadap jatidiri kaum Liberal
yang sesungguhnya. Mari kita lihat sebagian contoh yang diabadikan Al-Qur’an,
agar menjadi nasehat bagi kita semua.
Al-Qur’an berulangkali menyitir tantangan kaum kafir
kepada para Nabi dan Rasul yang diutus untuk memperingatkan mereka. Ketika ayat-ayat Allah dibacakan dan ancaman-Nya diumumkan, dengan penuh kesombongan
mereka menantang agar segera didatangkan azab-Nya di dunia ini: “Dan mereka
meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab. Kalau tidaklah karena waktu
yang telah ditetapkan, benar-benar telah datang azab kepada mereka, dan azab
itu benar-benar akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba, sedang mereka tidak
menyadarinya. Mereka meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab. Dan
sesungguhnya Jahannam benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. Pada hari
mereka ditutup oleh azab dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka, dan Allah
berkata (kepada mereka): "Rasakanlah (pembalasan dari) apa yang telah kamu
kerjakan.” (Qs. al-Ankabut: 53-55).
Kaum
kafir menyangka bahwa ditundanya azab menandakan ancaman tersebut hanya gertak
sambal. Lihatlah, betapa serupanya anggapan tokoh Liberal diatas dengan mereka!
Namun, Allah menjelaskan mengapa menunda azab-Nya: “Dan kalau
sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan perbuatannya, niscaya Dia tidak
akan meninggalkan diatas permukaan bumi suatu mahluk yang melata pun! Akan
tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu tertentu. Lalu,
apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat
(keadaan) hamba-hamba-Nya.” (Qs.
Fathir: 45).
Terkait ayat ini, Syaikh Izzat Darwazah
menyatakan dalam at-Tafsir al-Hadits, “Sesungguhnya, kebijaksanaan Allah
hendak menguji umat manusia dan memberi mereka kesempatan-kesempatan untuk
memilih jalan hidup serta amal perbuatan … Allah tidak tergesa-gesa untuk
menjatuhkan hukuman, agar penundaan itu bisa menjadi kesempatan bagi mereka
untuk menjadi baik dan memperbaiki diri.”
Oleh karenanya pula, Allah mengirim para Nabi dan Rasul, menurunkan
kitab-kitab, dan menegur manusia dengan berbagai cara. Semoga saja mereka
bertaubat dan kembali ke jalan yang benar.
Celakanya,
kasih sayang dan kelembutan Allah justru dipersepsi sebagai main-main belaka.
Padahal, ada dikatakan: “Jika engkau melihat singa menampakkan gigi-giginya,
jangan menyangkanya sedang tersenyum!” Bukankah sunnatullah takkan berubah
terhadap musuh-musuh Allah? Teramat banyak negeri yang durhaka telah dimusnahkan
dengan berbagai cara, sedangkan segala kedigdayaan mereka lumpuh di hadapan-Nya
(Qs. an-Nahl: 45-47).
Banyak
orang berpikir bahwa bangsa-bangsa kuno itu punah karena bencana alam,
sementara kita hidup di zaman modern yang serba canggih, sehingga segala
sesuatu bisa diprediksi dan dipersiapkan. Hanya saja, mereka lupa bahwa alam
ini memiliki Tuhan yang memerintahnya, sedangkan alam tidak pernah membantah
Tuhannya sedikit pun (Qs. Fusshilat: 11). Bukankah tidak ada meteor yang jatuh,
angin yang menderu, gelombang samudera yang melanda, bahkan tidak selembar daun
pun yang rontok kecuali atas izin-Nya? (Qs. al-An’am: 38 dan 59). Jika Dia menghendaki,
gunung yang mati pun tiba-tiba menjadi ‘hidup’ dan ‘batuk-batuk’.
Sungguh, sunnatullah takkan berubah.
Namun, mengapa mereka tetap menolak dan berkepala batu? Inilah penyebabnya: “Karena
kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat.
Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya
sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah
(Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali
kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak
(pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu.” (Qs. Fathir: 43).
Semua
perilaku mereka yang menyedihkan itu bersumber dari kesombongan dan niat-niat jahat.
Kicauan tokoh Liberal di muka sebenarnya sama dengan pelecehan kaum kafir di
masa lampau. Ia menyangka bahwa masih amannya para pelaku lesbi dan homo
menunjukkan tidak berlakunya ancaman Allah, atau – dengan kata lain –
homoseksual dan lesbianisme merupakan sesuatu yang sah-sah saja. Na’udzu
billah. Bukankah Allah telah menjadikan kaum Tsamud sebagai contoh? Ketika
mereka mendustakan utusan Allah dan melecehkan peringatan-Nya, Allah pun meratakan
negeri mereka dengan tanah, dan Dia tidak takut terhadap akibat dari
tindakan-Nya itu (Qs. asy-Syams: 11-15).
Sebenarnya
orang itu dan para pengikutnya hanya menunggu berlakunya sunnatullah.
Dan, ketika hal itu terjadi, pastilah sangat tiba-tiba. Ketika itulah mereka akan
terdiam berputus asa (Qs. al-An’am: 44 dan al-Mu’minun: 75-77). Hanya saja,
karena mereka ada di tengah-tengah kita, maka kita tidak boleh tinggal diam.
Sebab, jika Allah murka dan tiba-tiba mengazab mereka, kita pun terkena
imbasnya (Qs. al-Anfal: 25). Na’udzu billah. Wallahu a’lam.
[*] Alimin Mukhtar. Ahad, 04
Sya’ban 1433 H. Pernah diterbitkan dalam Lembar Tausiyah BMH Malang.